Rabu, 30 November 2011

KEBENARAN

“Kebenaran menjaga orang yang saleh jalannya, tetapi kefasikan mencelakakan orang berdosa.”- Amsal 13:6

Dalam Principled-centered Leadership, Stephen R. Covey mengadaptasi pandangan Mahatma Gandhi tentang tujuh dosa maut yang bila dibiarkan akan merusakkan tatanan sebuah masyarakat, bahkan sebuah bangsa. Ketujuh dosa maut tersebut adalah :

1. Wealth without work (Kekayaan tanpa usaha).
2. Pleasure without conscience (Kesenangan tanpa nurani).
3. Knowledge without character (Pengetahuan tanpa karakter).
4. Commerce without morality (Bisnis tanpa moralitas).
5. Science without humanity (Sains tanpa nilai kemanusiaan)
6. Religion without sacrifice (Agama tanpa pengorbanan).
7. Politics without principles (Politik tanpa prinsip).

Ketujuh dosa maut yang telah diadaptasi oleh Stephen R. Covey tersebut sebenarnya bermuara pada satu hal saja, yaitu ketiadaan kebenaran! Kebenaran harus menjadi dasar yang paling hakiki dalam setiap sisi kehidupan. Dalam kita bekerja atau berbisnis, kebenaran sudah seharusnya menjadi fondasi bagi kita. Jika bisnis atau pekerjaan kita tidak berdasar pada kebenaran, maka cara-cara curang, tidak jujur, ilegal, praktik kotor pun akan kita lakukan.

Based on Talent

“katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta.”- Matius 25:20

Banyak orang sudah merasa puas dengan kualitas kerja yang baik (good). Ketika seseorang sudah merasa baik, ia tidak akan pernah mengembangkan diri untuk mencapai yang terbaik (great). Apa yang menyebabkan seseorang hanya puas dalam kualitas kerja yang cukup baik (good), namun tidak pernah mengembangkan diri untuk mencapai produktifitas yang maksimal (great)? Semuanya tergantung seberapa besar kita mencintai pekerjaan kita. Semakin kita mencintai pekerjaan kita, akan timbul passion (gairah) untuk fokus, mendalami, hingga kita melakukan pencapaian yang luar biasa.

Masalahnya, bagaimana kita bisa mencintai pekerjaan kita? Sebab nyatanya tidak semua orang yang bekerja memiliki kecintaan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, melainkan bekerja hanya sebagai sebuah kewajiban saja. Untuk mencintai pekerjaan memang bukan hal yang mudah. Namun paling tidak kita bisa mulai melakukannya dengan memiliki sikap sungguh-sungguh dan serius terhadap pekerjaan kita. Semakin kita mendalami dan semakin kita serius, maka akan tumbuh rasa cinta atau passion terhadap pekerjaan kita.

Alternatif lain agar kita bisa mencintai pekerjaan kita adalah memilih bidang pekerjaan yang sesuai dengan minat dan bakat kita. Hal inilah yang sering disebut pengembangan diri berdasarkan talenta. Sebagai langkah awal kita harus bisa mengenal peta kekuatan diri, termasuk di dalamnya kita mengetahui apa kelebihan, minat, bakat, kelemahan, kekurangan dan semuanya tentang diri kita. Setelah itu kita coba mencari bidang pekerjaan yang sesuai dengan minat, bakat dan kelebihan kita tersebut.

Kecintaan dan passion kita terhadap apa yang kita kerjakan sangat berpengaruh terhadap kualitas dan produktifitas pekerjaan kita. Dengan melakukan pekerjaan penuh cinta kita akan mencapai kualitas kerja yang terbaik (great), bukan hanya sekedar baik (good) saja. Apakah saat ini kita sudah menekuni pekerjaan kita dengan penuh cinta? Kembangkan potensi diri berdasarkan talenta Anda!

Cinta akan membuat kualitas kerja yang baik (good) menjadi yang terbaik (great).

Jawaban Doa

“...tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.?” - Lukas 22:42

Siapapun orangnya pasti akan merasa kecewa ketika doanya belum juga dijawab oleh Tuhan. Meski begitu, Allah tetap memiliki alasan dan jawaban yang tepat atas doa-doa kita. Setidaknya ada empat jenis jawaban yang akan Allah berikan pada kita, yaitu:

1. Ketika Allah berkata, "Tidak "

Mungkin permohonan doa kita tidak benar. Tidak mungkin Allah mengabulkan doa kita jika kita menginginkan kehancuran lawan bisnis. Tidak mungkin pula Allah mengabulkan doa agar orang yang kita benci celaka. Ini karena musuh-musuh yang ada sekarang bukanlah untuk kita "bunuh", namun biarlah mereka ada agar kita bisa membuktikan penerapan kasih dan kesabaran yang diajarkan Bapa kita.

2. Ketika Allah berkata , "Luruskanlah! "

Allah tentu tidak mengabulkan doa yang berkedok. Kita terus-menerus berdoa meminta rumah yang baru dengan dalih untuk tempat persekutuan namun sebenarnya untuk kepentingan pribadi dan kesombongan semata. Dengan kata lain, Allah ingin doa kita murni tanpa kebohongan.

3. Ketika Allah berkata , "Perlahankan !"

Tidak mungkin Allah memberikan pada kita suatu pabrik yang besar dengan ratusan karyawan apabila saat ini kita masih belum mampu menangani kesulitan-kesulitan kecil. Tunggulah waktu yang tepat dari Allah, itu jawabannya.

4. Ketika Allah berkata , "Silakan !"

Orang yang dapat dipercaya dan diandalkan akan memperoleh apa yang ia mohon pada Allah. Jenis orang seperti ini tidak butuh waktu lama sebab Allah berkata , " Silakan ! "

Jadi siapapun Anda, jangan pernah bersungut-sungut apabila dalam doa kita ditolak, disuruh menunggu atau diharuskan untuk berkata jujur dulu. Mari terlebih dulu kita berkaca pada diri kita sendiri, apakah doa kita memang doa yang didasari motivasi yang benar. Sebab Allah akan menjawab doa orang yang benar-benar hidup berkenan padaNya, siapapun Anda !

Motivasi Anda dalam berdoa akan mempengaruhi jawaban doa Anda

KESUNGGUHAN

“Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga,... “- Pengkhotbah 9:10

Sebelum buku Being Happy! tulisan Andrew Matthews laris sedemikian rupa, naskah tersebut sudah mengalami penolakan berkali-kali dari penerbit, apalagi buku tersebut ditulis oleh pengarang baru yang belum punya nama. Karena tidak ada yang mau, maka Andrew Matthews menggandeng penerbit kecil melakukan penjualan langsung ke konsumen! Membawa mikrofon sendiri ke hampir tiap toko buku, promosi di banyak SMU dan Universitas, di pabrik, di penjara, bahkan di mal-mal. Dari toko ke toko, dari kota ke kota, dari negara ke negara, sampai akhirnya buku tersebut memasuki pasar internasional. Ketika ditanya bagaimana ia bisa menjual buku sampai jutaan copy dan diterjemahkan dalam banyak bahasa, Andrew Matthews menjawab, “Saya promosi buku ini selama enam tahun, terbang beribu-ribu mil, berceramah 500 kali, diwawancarai ribuan kali dan .. kehilangan tas 23 kali!”

Kisah sukses yang sangat inspiratif tersebut memunculkan satu rahasia sukses yaitu kesungguhan. Setiap usaha yang dilakukan dengan penuh kesungguhan akan selalu berakhir dengan kesuksesan. Bahkan ketika usaha tersebut kelihatannya kurang berprospek, memiliki pangsa pasar yang kecil, persaingan yang ketat, bahkan marjin yang tipis, namun jika dijalankan dengan serius dan penuh kesungguhan, usaha tersebut pasti berhasil. Sebaliknya sebuah usaha dengan prospek sebagus apapun, namun jika tidak dijalankan dengan kesungguhan, hasilnya tidak akan pernah maksimal.

Usaha sekecil apapun menuntut kesungguhan, sikap yang profesional, layanan konsumen bak hotel berbintang, dan sumber daya manusia yang benar-benar berkompeten di bidangnya. Hanya dengan cara ini, usaha tersebut bisa berkembang dan menjadi besar.

Jika hari ini kita belum mencapai kesuksesan, siapa tahu itu karena diri kita yang belum memiliki kesungguhan dan belum memaksimalkan potensi diri. Firman Tuhan mengajarkan kepada kita untuk mengerjakan tugas dan pekerjaan kita dengan kualitas yang terbaik, sebab hanya itulah kunci untuk kita bisa meraih keberhasilan.

Setiap usaha selalu membutuhkan kesungguhan untuk mencapai kesuksesan.

Doa Super Ngebut

“Maria telah memilih bagian yang terbaik... “- Lukas 10:42

Saya memang berdoa secara rutin tiap hari, tapi ada kalanya doa saya super cepat dan terlihat begitu tergesa-gesa. Bukan seperti dua orang sahabat yang keasyikan ngobrol. Bukan juga seperti seorang anak yang bisa cerita panjang lebar kepada orang tuanya di meja makan. Lebih mirip seorang prajurit yang memberikan laporan kepada komandannya, singkat, cepat dan padat! Belum lagi saya tergoda untuk melirik jam dinding yang kebetulan ada di depan saya. Ketika jarum jam sudah menunjukkan angka tertentu, saya pun makin ngebut di dalam doa!

Saya biarkan kegiatan rutinitas saya termasuk pekerjaan, pelayanan dan urusan tetek bengek saya merebut waktu-waktu pribadi saya dengan Tuhan. Padahal bukankah teknologi yang ada sekarang ini sudah membantu kita untuk sedikit lebih santai? Tak perlu menulis dengan mesin ketik butut, sekarang ada komputer yang sangat hi-tech.

Ada telpon, faks, sms, e-mail dan penyedia layanan komunikasi lainnya sehingga waktu kita bisa berhemat banyak. Belum lagi urusan dapur sekarang ini menjadi begitu mudah. Ada microwave, ada rice cooker, ada kompor gas (tak perlu mencari kayu di hutan dulu), ada mesin cuci, dll. Soal makanan juga semuanya serba instan. Bukankah semua ini harusnya bisa membuat kita menjadi lebih santai?
Kenyataannya, semakin ditemukan alat-alat canggih yang mempermudah kerja manusia, maka manusia justru menjadi lebih sibuk lagi! Aneh tapi nyata. Saya mengalaminya, saya rasa Anda juga sama.

Menjadi sibuk sebenarnya tak menjadi soal, selama kesibukan kita tidak mengurangi waktu-waktu pribadi kita dengan Tuhan. Sayangnya kita susah untuk mendisiplin diri dengan memberi waktu dengan Tuhan di jaman yang serba tergesa-gesa ini. Padahal sesungguhnya hubungan kita dengan Tuhan justru menjadi kunci apakah hari-hari kita menjadi efektif. Jujur saja, saya menulis renungan ini dengan penyesalan kepada
Tuhan karena mengurangi waktu-waktu pribadi saya dengan Tuhan dan menambahnya untuk kesibukan saya secara pribadi. Berharap kita belajar seperti Yesus, di tengah padatnya jadwal pelayanan KKR dan roadshow dari kota ke kota, Yesus selalu memiliki waktu untuk berdoa dengan BapaNya. Atau sebaliknya, jangan-jangan Anda juga membaca renungan ini dengan tergesa-gesa?

Disiplin diri untuk memiliki waktu bersekutu dengan Tuhan secara pribadi.

Melakukan Yang Terbaik

“Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” - Kolose 3:23

Pejabat kerajaan Italia mendatangi seorang tukang yang tampak teliti dan berusaha sungguh-sungguh dalam pekerjaannya. Dia bertanya kepada tukang itu., “Untuk apa kotak yang kau buat itu?” “Pot bunga, pak.” Tertarik, pejabat itu melanjutkan, “Benda itu akan diisi dengan tanah. Mengapa kamu susah-susah membuatnya begitu bagus?” “Saya menyukai hal-hal yang sempurna,” jawab orang itu. “Ah, tak seorang pun akan memerhatikan kesempurnaannya. Pot bunga tidak perlu sedemikian sempurna.” “Tapi jiwa saya membutuhkannya,” kata orang itu kembali. “Apa Tuan menganggap Tukang kayu dari Nazaret itu pernah membuat sesuatu yang lebih rendah dari kemampuan-Nya?” Dengan marah pejabat itu menajawab, “Ini hujat! Kelancanganmu layak mendapat hukuman cambuk. Siapa namamu?” “Michaelangelo, Tuan.”

Rasul Paulus dalam 1 Korintus 10:31 mengatakan, “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.” Alkitab meminta kita memberikan yang terbaik yang bisa kita lakukan, entah dalam pelayanan, pekerjaan, dan dalam segala hal untuk kemuliaan nama Tuhan. Ya, segala hal yang perlu dilakukan harus dilakukan dengan baik. Tidak ada orang, pelanggan, atau jemaat yang tidak suka jika kita selalu berusaha memberi yang terbaik untuk mereka. Melakukan yang terbaik pada hari ini akan membawa Anda ke tempat terbaik di masa depan.

Apapun pekerjaan Anda lakukanlah sebaik-baiknya.” Hari ini, mari kita renungkan sejenak, apakah sebagai pekerja atau sebagai hamba Tuhan, selama ini kita sudah memberikan kontribusi tertinggi bagi Tuhan dan sesama? Percayalah jika Anda selalu mempersembahkan usaha yang terbaik, maka hal itu akan menjadikan Anda pemenang.

Maksimalkan Hidupmu

“Sebab jika aku lemah, maka aku kuat”. - 2 Korintus 12:10

Apa yang Anda pikirkan ketika melihat burung dalam sangkar? Apakah Anda melihat burung yang indah dan bersuara merdu? Mungkin itu benar. Tapi, pernahkah terpikir oleh kita, apakah burung itu sebenarnya senang berada dalam sangkar? Saya yakin seriang-riangnya burung tersebut menyanyi dalam sangkar, ia pasti lebih memilih terbang bebas jika ada kesempatan. Senyaman-nyamannya kurungannya, itu tetap penjara yang membatasi ruang geraknya. Buat apa diciptakan menjadi binatang bersayap, tetapi tidak bisa bebas terbang?

Burung dalam kurungan adalah gambaran tentang kehidupan yang terbatas. Jika kita hidup seperti itu, kita harus bertanya pada diri kita sendiri, bagaimana itu bisa terjadi? Alkitab lebih suka bicara tentang apa yang bisa kita lakukan, bukan apa yang tidak kita lakukan. Herannya, kita justru sering memilih pilihan kedua. Kita lebih mudah percaya bahwa diri kita tidak bisa melakukan satu hal tertentu daripada yakin bisa mengerjakannya. Dari situlah, entah bagaimana, sadar atau tidak, keterbatasan itu pun tercipta dalam diri kita. Memang, kita semua punya bekas luka dan keterbatasan, baik secara fisik atau karakter. Tapi, kita tidak boleh dibatasi luka tersebut. Justru dalam kelemahan itulah, kita harus bersukacita karena Tuhan bisa bekerja sempurna. Tanpa merasakan kekurangan, orang cenderung menjadi sombong. Orang sombong tidak akan bisa menangkap apa yang Tuhan mau secara jelas dalam hidupnya.

Jadikan hidup kita termotivasi oleh kasih-Nya, dan arahkan pandangan kita kepada-Nya. Dia adalah sumber dari segalanya. Dari Dia sajalah mengalir segala kemungkinan baik yang dapat kita terima. Kalahkan rasa takut, bersalah, dan khawatir yang menghantui hidup kita. Izinkan Dia mengajarkan kita cara hidup sesuai kehendak-Nya dan melengkapi kita dengan hal-hal yang kita perlukan. Jangan biarkan dunia membatasi ruang gerak kita.

Berpikir dan bertindaklah maksimal, karena Tuhan kita adalah Tuhan yang maksimal.