Selasa, 21 Desember 2010

Jikalau kamu mengasihi aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku

Suatu ketika seorang teman yang pernah cukup dekat denganku mengalami suatu keadaan yang begitu menyesakkan hidupnya. Suaminya berselingkuh dengan seorang wanita lain. Suaminya adalah seorang aktivis di gereja mereka. Dia (suaminya) melayani dibidang musik. Tidak ada yang menyangka bahwa kemudian dia terjatuh dalam dosa perselingkuhan karena dalam kesehariannya dia dikenal sebagai seorang suami dan seorang ayah dari seorang anak yang begitu lembut dan penyabar. Kalau hari Minggu mereka sekeluarga rajin beribadah dan tampak sangat “harmonis”. Istrinya, temanku itu, seorang wanita yang mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh.. Dia juga seorang yang dimataku pandai mencari uang. Sejak sebelum menikah memang Dia sudah memiliki sebuah usaha yang diberkati banyak. Ketika temanku ini menentukan pilihannya untuk menikahi suaminya, aku yakin bahwa dia sudah bertanya berkali-kali pada Tuhan. Tentang kejadiannya seperti sekarang ini, tidak ada seorangpun yang mengerti mengapa terjadi. Ditengah kesedihannya karena merasa dihianati suaminya, suatu ketika dia bertanya padaku; “mengapa suamiku seorang yang mengenal kebenaran, belajar banyak tentang kebenaran, seorang pelayan Tuhan, mendalami Firman Tuhan dengan tekun, sudah mengikuti berbagai seminar tentang Firman Tuhan dan keluarga, tapi dia harus terjatuh dalam dosa perselingkuhan dan perzinahan?” Sesaat aku tidak bisa menjawab karena pertanyaannya memang sulit dijawab. Tapi dari pertanyaannya, aku mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang ayat dari Injil Yohanes diatas. Pemahaman inilah yang kemudian aku sampaikan kepada temanku ini bahwa; Tingkatan iman seseorang tidak ditentukan apakah dia telah mengenal Firman atau tidak, apakah dia mendalami Firman atau tidak, bahkan apakah dia hafal seluruh Firman atau tidak. Kedewasaan rohani seseorang lebih ditentukan oleh apakah dia mengasihi Tuhan atau tidak. Ketika seseorang mengasihi Tuhan lebih dari mengasihi dirinya sendiri, maka orang tersebut akan menuruti segala perintah-Nya. Nah karena suami temanku ini lebih mengasihi dirinya daripada mengasihi Tuhan, maka suaminya ini mengabaikan perintah Tuhan. Pemahaman inilah yang akhir-akhir ini memacuku untuk hidup lebih mengasihi Tuhan lebih daripada diriku sendiri. Sebagai manusia, keinginan dagingku begitu banyak. Tetapi setiap aku ingat ayat ini, aku berhenti dan berbalik serta mengatakan ‘Tuhan aku mengasihiMu, aku menuruti perintahMu’. Aku ingin menjadi mempelai, bukan sekedar orang percaya. Mari kita berjuang untuk mengasihi Kristus sampai garis akhir dengan menuruti perintah-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar