Rabu, 27 Oktober 2010

Janganlah Ayah Menjadi Seorang Pengkhianat

Pendeta Florescu tidak tahan melihat anak laki-lakinya dipukuli oleh petugas Komunis. Dia sendiri telah mengalaminya, dan dia tidak dapat tidur selama dua minggu karena takut diserang oleh tikus-tikus yang kelaparan yang sengaja dimasukkan ke dalam sel oleh orang-orang Komunis itu. Kepolisian Rumania menghendaki Florescu untuk menyerahkan para anggota gereja bawah tanahnya supaya mereka juga dapat ditangkap.

Mengetahui bahwa pukulan dan siksaan tidak membawa hasil, orang-orang Komunis itu membawa Alexander, anak laki-laki Florescu yang hanya berusia empat belas tahun, dan mulai memukuli anak laki-laki itu. Sementara Florescu menyaksikan, mereka memukuli anak laki-laki itu tanpa ampun, mereka mengatakan bahwa mereka akan memukulinya hingga mati jika dia tidak mengatakan keberadaan orang-orang percaya yang lainnya.

Akhirnya, Florescu berteriak dengan penuh kemarahan meminta mereka untuk menghentikannya.

"Alexandar, aku harus mengatakan apa yang mereka inginkan!" dia berkata kepada anaknya. "Aku tidak tahan lagi menyaksikan engkau dipukuli."

Dengan tubuh penuh luka, dan darah mengalir dari hidung dan mulutnya, Alexander menatap mata ayahnya. "Ayah, jangan melakukan ketidak-adilan padaku dengan mempunyai ayah seorang pengkhianat. Tetaplah kuat! Jika mereka membunuhku, aku akan mati dengan kata "Yesus" di bibirku.

Keberanian anak itu membuat orang-orang Komunis itu marah, dan mereka memukulinya hingga mati dengan disaksikan oleh ayahnya. Anak itu tidak hanya bertahan dalam imannya, namun dia juga telah menguatkan ayahnya untuk melakukan hal yang sama.

Tidak adakah keadilan di dunia ini? Ketika kita membaca kejahatan yang dilakukan terhadap orang-orang yang tidak berdosa,kita mulai bertanya-tanya. Iman kita mungkin menjadi goyah saat kita mendengar penderitaan yang mengerikan di tangan orang-orang jahat.

Kita mungkin menjadi lemah hati saat belas kasihan itu tidak kunjung datang. Tidak adakah keadilan di dunia ini?

Sebagai jawaban atas terikan kita ini, Alkitab mengajarkan prinsip, "Ya, dan belum." Ya, ada orang jahat yang harus menghadapi peradilan di dunia ini sekarang. Namun, tangan perkasa Allah yang adil belum terjadi atas bumi ini. Hal itu disediakan bagi akhir zaman. Kita melemah saat menunggu, namun Allah tidak berubah.

Karunia kita

sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia - Filipi 1.29

"Aku ingin menceritakan tentang karunia yang luar biasa," kata seorang ayah dari China kepada anak perempuannya yang cantik dan berambut hitam itu. Anak itu tersenyum penuh rasa ingin tahu.

Dia senang sekali ketika ayahnya mengajarnya tentang Allah. Pria ini mengasihi Kristus, dan semua orang yang mengenalnya tersentuh oleh kebaikan dan belas kasihnya.

Dia membuka Alkitabnya yang sudah tua dan memulai ceritanya. "Karunia ini terdapat di Filipi 1.29. Dikatakan, 'Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia.' Terdapat dua karunia di sini. Yang pertama, karunia untuk percaya dan yang kedua, karunia untuk menderita. Penderitaan karena iman kita kepada Allah adalah karunia yang sangat berharga."

Anak perempuannya tersenyum, "Terima kasih Papa," dia berkata saat dia mengulurkan tangan untuk memeluknya."Saya mengerti."

Anak perempuan ini tumbuh besar dan menjadi istri seorang hamba Tuhan bernama Li Dexian. Pendeta Li ditangkap oleh polisi lebih dari sepuluh kali dan hampir mati karena dianiaya demi imannya. Wanita ini meneruskan pekerjaan ini bersama suaminya dengan penuh sukacita. Dia tidak dilemahkan sama sekali oleh penderitaan yang harus dilewatinya demi Injil karena sejak kecil sudah diajar oleh ayahnya ayat yang ada di Filipi 1.29, bahwa menderita demi Allah adalah suatu karunia.

Pendeta Li dan istrinya terus memenangkan tak terhitung banyaknya jiwa bagi Kristus di China dan mereka terus dengan penuh semangat berkerja untuk Tuhan sekalipun berada di bawah ancaman ditangkap.

Karunia percaya dan penderitaan adalah satu paket. Keduanya tidak dapat dipisahkan dan satu karunia menguatkan karunia yang lain. Kalau kita telah menerima karunia untuk percaya kepada Kristus, kita akan mengikuti Kristus.

Mengikuti Kristus berarti mengambil resiko, melakukan hal yang bertentangan dengan hal-hal yang populer, disalah mengerti dan bahkan mengalami penderitaan secara fisik dan emosi.

Percaya seringkali membawa pada penderitaan. Saat kita mengalami penderitaan yang sama seperti yang dialami oleh Yesus ketika dia hidup, kita akan dapat mengenal dia dengan lebih dalam dan akan lebih diperkaya lagi secara rohani.

Siklusnya akan terus berlangsung karena penderitaan yang kita alami akan terus menguatkan iman kita. Jangan pernah kita berpikir bahwa kita dapat menghindari penderitaan tanpa mengurangi kepercayaan kita pada Kristus.