Rabu, 30 November 2011

KEBENARAN

“Kebenaran menjaga orang yang saleh jalannya, tetapi kefasikan mencelakakan orang berdosa.”- Amsal 13:6

Dalam Principled-centered Leadership, Stephen R. Covey mengadaptasi pandangan Mahatma Gandhi tentang tujuh dosa maut yang bila dibiarkan akan merusakkan tatanan sebuah masyarakat, bahkan sebuah bangsa. Ketujuh dosa maut tersebut adalah :

1. Wealth without work (Kekayaan tanpa usaha).
2. Pleasure without conscience (Kesenangan tanpa nurani).
3. Knowledge without character (Pengetahuan tanpa karakter).
4. Commerce without morality (Bisnis tanpa moralitas).
5. Science without humanity (Sains tanpa nilai kemanusiaan)
6. Religion without sacrifice (Agama tanpa pengorbanan).
7. Politics without principles (Politik tanpa prinsip).

Ketujuh dosa maut yang telah diadaptasi oleh Stephen R. Covey tersebut sebenarnya bermuara pada satu hal saja, yaitu ketiadaan kebenaran! Kebenaran harus menjadi dasar yang paling hakiki dalam setiap sisi kehidupan. Dalam kita bekerja atau berbisnis, kebenaran sudah seharusnya menjadi fondasi bagi kita. Jika bisnis atau pekerjaan kita tidak berdasar pada kebenaran, maka cara-cara curang, tidak jujur, ilegal, praktik kotor pun akan kita lakukan.

Based on Talent

“katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta.”- Matius 25:20

Banyak orang sudah merasa puas dengan kualitas kerja yang baik (good). Ketika seseorang sudah merasa baik, ia tidak akan pernah mengembangkan diri untuk mencapai yang terbaik (great). Apa yang menyebabkan seseorang hanya puas dalam kualitas kerja yang cukup baik (good), namun tidak pernah mengembangkan diri untuk mencapai produktifitas yang maksimal (great)? Semuanya tergantung seberapa besar kita mencintai pekerjaan kita. Semakin kita mencintai pekerjaan kita, akan timbul passion (gairah) untuk fokus, mendalami, hingga kita melakukan pencapaian yang luar biasa.

Masalahnya, bagaimana kita bisa mencintai pekerjaan kita? Sebab nyatanya tidak semua orang yang bekerja memiliki kecintaan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, melainkan bekerja hanya sebagai sebuah kewajiban saja. Untuk mencintai pekerjaan memang bukan hal yang mudah. Namun paling tidak kita bisa mulai melakukannya dengan memiliki sikap sungguh-sungguh dan serius terhadap pekerjaan kita. Semakin kita mendalami dan semakin kita serius, maka akan tumbuh rasa cinta atau passion terhadap pekerjaan kita.

Alternatif lain agar kita bisa mencintai pekerjaan kita adalah memilih bidang pekerjaan yang sesuai dengan minat dan bakat kita. Hal inilah yang sering disebut pengembangan diri berdasarkan talenta. Sebagai langkah awal kita harus bisa mengenal peta kekuatan diri, termasuk di dalamnya kita mengetahui apa kelebihan, minat, bakat, kelemahan, kekurangan dan semuanya tentang diri kita. Setelah itu kita coba mencari bidang pekerjaan yang sesuai dengan minat, bakat dan kelebihan kita tersebut.

Kecintaan dan passion kita terhadap apa yang kita kerjakan sangat berpengaruh terhadap kualitas dan produktifitas pekerjaan kita. Dengan melakukan pekerjaan penuh cinta kita akan mencapai kualitas kerja yang terbaik (great), bukan hanya sekedar baik (good) saja. Apakah saat ini kita sudah menekuni pekerjaan kita dengan penuh cinta? Kembangkan potensi diri berdasarkan talenta Anda!

Cinta akan membuat kualitas kerja yang baik (good) menjadi yang terbaik (great).

Jawaban Doa

“...tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.?” - Lukas 22:42

Siapapun orangnya pasti akan merasa kecewa ketika doanya belum juga dijawab oleh Tuhan. Meski begitu, Allah tetap memiliki alasan dan jawaban yang tepat atas doa-doa kita. Setidaknya ada empat jenis jawaban yang akan Allah berikan pada kita, yaitu:

1. Ketika Allah berkata, "Tidak "

Mungkin permohonan doa kita tidak benar. Tidak mungkin Allah mengabulkan doa kita jika kita menginginkan kehancuran lawan bisnis. Tidak mungkin pula Allah mengabulkan doa agar orang yang kita benci celaka. Ini karena musuh-musuh yang ada sekarang bukanlah untuk kita "bunuh", namun biarlah mereka ada agar kita bisa membuktikan penerapan kasih dan kesabaran yang diajarkan Bapa kita.

2. Ketika Allah berkata , "Luruskanlah! "

Allah tentu tidak mengabulkan doa yang berkedok. Kita terus-menerus berdoa meminta rumah yang baru dengan dalih untuk tempat persekutuan namun sebenarnya untuk kepentingan pribadi dan kesombongan semata. Dengan kata lain, Allah ingin doa kita murni tanpa kebohongan.

3. Ketika Allah berkata , "Perlahankan !"

Tidak mungkin Allah memberikan pada kita suatu pabrik yang besar dengan ratusan karyawan apabila saat ini kita masih belum mampu menangani kesulitan-kesulitan kecil. Tunggulah waktu yang tepat dari Allah, itu jawabannya.

4. Ketika Allah berkata , "Silakan !"

Orang yang dapat dipercaya dan diandalkan akan memperoleh apa yang ia mohon pada Allah. Jenis orang seperti ini tidak butuh waktu lama sebab Allah berkata , " Silakan ! "

Jadi siapapun Anda, jangan pernah bersungut-sungut apabila dalam doa kita ditolak, disuruh menunggu atau diharuskan untuk berkata jujur dulu. Mari terlebih dulu kita berkaca pada diri kita sendiri, apakah doa kita memang doa yang didasari motivasi yang benar. Sebab Allah akan menjawab doa orang yang benar-benar hidup berkenan padaNya, siapapun Anda !

Motivasi Anda dalam berdoa akan mempengaruhi jawaban doa Anda

KESUNGGUHAN

“Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga,... “- Pengkhotbah 9:10

Sebelum buku Being Happy! tulisan Andrew Matthews laris sedemikian rupa, naskah tersebut sudah mengalami penolakan berkali-kali dari penerbit, apalagi buku tersebut ditulis oleh pengarang baru yang belum punya nama. Karena tidak ada yang mau, maka Andrew Matthews menggandeng penerbit kecil melakukan penjualan langsung ke konsumen! Membawa mikrofon sendiri ke hampir tiap toko buku, promosi di banyak SMU dan Universitas, di pabrik, di penjara, bahkan di mal-mal. Dari toko ke toko, dari kota ke kota, dari negara ke negara, sampai akhirnya buku tersebut memasuki pasar internasional. Ketika ditanya bagaimana ia bisa menjual buku sampai jutaan copy dan diterjemahkan dalam banyak bahasa, Andrew Matthews menjawab, “Saya promosi buku ini selama enam tahun, terbang beribu-ribu mil, berceramah 500 kali, diwawancarai ribuan kali dan .. kehilangan tas 23 kali!”

Kisah sukses yang sangat inspiratif tersebut memunculkan satu rahasia sukses yaitu kesungguhan. Setiap usaha yang dilakukan dengan penuh kesungguhan akan selalu berakhir dengan kesuksesan. Bahkan ketika usaha tersebut kelihatannya kurang berprospek, memiliki pangsa pasar yang kecil, persaingan yang ketat, bahkan marjin yang tipis, namun jika dijalankan dengan serius dan penuh kesungguhan, usaha tersebut pasti berhasil. Sebaliknya sebuah usaha dengan prospek sebagus apapun, namun jika tidak dijalankan dengan kesungguhan, hasilnya tidak akan pernah maksimal.

Usaha sekecil apapun menuntut kesungguhan, sikap yang profesional, layanan konsumen bak hotel berbintang, dan sumber daya manusia yang benar-benar berkompeten di bidangnya. Hanya dengan cara ini, usaha tersebut bisa berkembang dan menjadi besar.

Jika hari ini kita belum mencapai kesuksesan, siapa tahu itu karena diri kita yang belum memiliki kesungguhan dan belum memaksimalkan potensi diri. Firman Tuhan mengajarkan kepada kita untuk mengerjakan tugas dan pekerjaan kita dengan kualitas yang terbaik, sebab hanya itulah kunci untuk kita bisa meraih keberhasilan.

Setiap usaha selalu membutuhkan kesungguhan untuk mencapai kesuksesan.

Doa Super Ngebut

“Maria telah memilih bagian yang terbaik... “- Lukas 10:42

Saya memang berdoa secara rutin tiap hari, tapi ada kalanya doa saya super cepat dan terlihat begitu tergesa-gesa. Bukan seperti dua orang sahabat yang keasyikan ngobrol. Bukan juga seperti seorang anak yang bisa cerita panjang lebar kepada orang tuanya di meja makan. Lebih mirip seorang prajurit yang memberikan laporan kepada komandannya, singkat, cepat dan padat! Belum lagi saya tergoda untuk melirik jam dinding yang kebetulan ada di depan saya. Ketika jarum jam sudah menunjukkan angka tertentu, saya pun makin ngebut di dalam doa!

Saya biarkan kegiatan rutinitas saya termasuk pekerjaan, pelayanan dan urusan tetek bengek saya merebut waktu-waktu pribadi saya dengan Tuhan. Padahal bukankah teknologi yang ada sekarang ini sudah membantu kita untuk sedikit lebih santai? Tak perlu menulis dengan mesin ketik butut, sekarang ada komputer yang sangat hi-tech.

Ada telpon, faks, sms, e-mail dan penyedia layanan komunikasi lainnya sehingga waktu kita bisa berhemat banyak. Belum lagi urusan dapur sekarang ini menjadi begitu mudah. Ada microwave, ada rice cooker, ada kompor gas (tak perlu mencari kayu di hutan dulu), ada mesin cuci, dll. Soal makanan juga semuanya serba instan. Bukankah semua ini harusnya bisa membuat kita menjadi lebih santai?
Kenyataannya, semakin ditemukan alat-alat canggih yang mempermudah kerja manusia, maka manusia justru menjadi lebih sibuk lagi! Aneh tapi nyata. Saya mengalaminya, saya rasa Anda juga sama.

Menjadi sibuk sebenarnya tak menjadi soal, selama kesibukan kita tidak mengurangi waktu-waktu pribadi kita dengan Tuhan. Sayangnya kita susah untuk mendisiplin diri dengan memberi waktu dengan Tuhan di jaman yang serba tergesa-gesa ini. Padahal sesungguhnya hubungan kita dengan Tuhan justru menjadi kunci apakah hari-hari kita menjadi efektif. Jujur saja, saya menulis renungan ini dengan penyesalan kepada
Tuhan karena mengurangi waktu-waktu pribadi saya dengan Tuhan dan menambahnya untuk kesibukan saya secara pribadi. Berharap kita belajar seperti Yesus, di tengah padatnya jadwal pelayanan KKR dan roadshow dari kota ke kota, Yesus selalu memiliki waktu untuk berdoa dengan BapaNya. Atau sebaliknya, jangan-jangan Anda juga membaca renungan ini dengan tergesa-gesa?

Disiplin diri untuk memiliki waktu bersekutu dengan Tuhan secara pribadi.

Melakukan Yang Terbaik

“Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” - Kolose 3:23

Pejabat kerajaan Italia mendatangi seorang tukang yang tampak teliti dan berusaha sungguh-sungguh dalam pekerjaannya. Dia bertanya kepada tukang itu., “Untuk apa kotak yang kau buat itu?” “Pot bunga, pak.” Tertarik, pejabat itu melanjutkan, “Benda itu akan diisi dengan tanah. Mengapa kamu susah-susah membuatnya begitu bagus?” “Saya menyukai hal-hal yang sempurna,” jawab orang itu. “Ah, tak seorang pun akan memerhatikan kesempurnaannya. Pot bunga tidak perlu sedemikian sempurna.” “Tapi jiwa saya membutuhkannya,” kata orang itu kembali. “Apa Tuan menganggap Tukang kayu dari Nazaret itu pernah membuat sesuatu yang lebih rendah dari kemampuan-Nya?” Dengan marah pejabat itu menajawab, “Ini hujat! Kelancanganmu layak mendapat hukuman cambuk. Siapa namamu?” “Michaelangelo, Tuan.”

Rasul Paulus dalam 1 Korintus 10:31 mengatakan, “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.” Alkitab meminta kita memberikan yang terbaik yang bisa kita lakukan, entah dalam pelayanan, pekerjaan, dan dalam segala hal untuk kemuliaan nama Tuhan. Ya, segala hal yang perlu dilakukan harus dilakukan dengan baik. Tidak ada orang, pelanggan, atau jemaat yang tidak suka jika kita selalu berusaha memberi yang terbaik untuk mereka. Melakukan yang terbaik pada hari ini akan membawa Anda ke tempat terbaik di masa depan.

Apapun pekerjaan Anda lakukanlah sebaik-baiknya.” Hari ini, mari kita renungkan sejenak, apakah sebagai pekerja atau sebagai hamba Tuhan, selama ini kita sudah memberikan kontribusi tertinggi bagi Tuhan dan sesama? Percayalah jika Anda selalu mempersembahkan usaha yang terbaik, maka hal itu akan menjadikan Anda pemenang.

Maksimalkan Hidupmu

“Sebab jika aku lemah, maka aku kuat”. - 2 Korintus 12:10

Apa yang Anda pikirkan ketika melihat burung dalam sangkar? Apakah Anda melihat burung yang indah dan bersuara merdu? Mungkin itu benar. Tapi, pernahkah terpikir oleh kita, apakah burung itu sebenarnya senang berada dalam sangkar? Saya yakin seriang-riangnya burung tersebut menyanyi dalam sangkar, ia pasti lebih memilih terbang bebas jika ada kesempatan. Senyaman-nyamannya kurungannya, itu tetap penjara yang membatasi ruang geraknya. Buat apa diciptakan menjadi binatang bersayap, tetapi tidak bisa bebas terbang?

Burung dalam kurungan adalah gambaran tentang kehidupan yang terbatas. Jika kita hidup seperti itu, kita harus bertanya pada diri kita sendiri, bagaimana itu bisa terjadi? Alkitab lebih suka bicara tentang apa yang bisa kita lakukan, bukan apa yang tidak kita lakukan. Herannya, kita justru sering memilih pilihan kedua. Kita lebih mudah percaya bahwa diri kita tidak bisa melakukan satu hal tertentu daripada yakin bisa mengerjakannya. Dari situlah, entah bagaimana, sadar atau tidak, keterbatasan itu pun tercipta dalam diri kita. Memang, kita semua punya bekas luka dan keterbatasan, baik secara fisik atau karakter. Tapi, kita tidak boleh dibatasi luka tersebut. Justru dalam kelemahan itulah, kita harus bersukacita karena Tuhan bisa bekerja sempurna. Tanpa merasakan kekurangan, orang cenderung menjadi sombong. Orang sombong tidak akan bisa menangkap apa yang Tuhan mau secara jelas dalam hidupnya.

Jadikan hidup kita termotivasi oleh kasih-Nya, dan arahkan pandangan kita kepada-Nya. Dia adalah sumber dari segalanya. Dari Dia sajalah mengalir segala kemungkinan baik yang dapat kita terima. Kalahkan rasa takut, bersalah, dan khawatir yang menghantui hidup kita. Izinkan Dia mengajarkan kita cara hidup sesuai kehendak-Nya dan melengkapi kita dengan hal-hal yang kita perlukan. Jangan biarkan dunia membatasi ruang gerak kita.

Berpikir dan bertindaklah maksimal, karena Tuhan kita adalah Tuhan yang maksimal.

Batu Pijak

Lalu raja memberikan kedudukan tinggi kepada Sadrakh, Mesakh dan Abednego ... - Daniel 3:30

Seorang pria yang terbiasa melakukan pendakian gunung sedang berjalan-jalan dengan temannya yang baru pertama kali mendaki gunung. Jalan yang didaki itu memang tidak mudah untuk dilalui, sehingga si pemula itu mengeluh kepada pria tersebut, “Mengapa jalan ini tidak mulus, tetapi penuh dengan baru karang dan tonjolan-tonjolan?” Dengan bijak pria itu menjawab, “Tentu saja harus begitu, sebab tonjolan-tonjolan itu justru menjadi tempat kamu berpijak agar kamu bisa mendaki ke tempat yang lebih tinggi.”

Bukankah kadangkala kita bersikap seperti pendaki pemula yang mengeluhkan batu karang dan batu tonjolan itu? Kita mengeluh saat Tuhan mengijinkan “tonjolan-tonjolan” yang keras dan kasar, padahal sebenarnya lewat tonjolan-tonjolan itu kita justru akan naik lebih tinggi lagi. Daripada menghadapi tonjolan-tonjolan itu, kita lebih suka untuk meminta Tuhan memindahkan tonjolan-tonjolan itu sehingga jalan kita menjadi mulus. Kita selalu berdoa kepada Tuhan agar Ia mengangkat setiap masalah yang kita hadapi, bukannya kita berdoa agar Ia memberikan kekuatan dan kemampuan agar kita bisa berdiri di atas tonjolan-tonjolan itu!

Sangat mudah bagi Tuhan untuk mengangkat dan memindahkan tonjolan-tonjolan itu dalam hidup kita, namun jika Ia melakukannya, maka kita tidak akan pernah naik lebih tinggi, apalagi mencapai puncak rencana Allah. Baiklah kita menyadari bahwa batu tonjolan itu bukan menjadi penghalang bagi kita, melainkan sebagai batu pijakan bagi kita. Cara pandang yang seperti inilah yang membuat kehidupan rohani kita bertumbuh dan naik level!

Ingat, orang-orang yang sudah mencapai puncak selalu lebih dulu mengatasi batu tonjolan dalam hidupnya sebagai tempat pijakan. Penjara bagi Yusuf adalah batu pijakan yang menghantarnya sebagai penguasa Mesir. Gua singa bagi Daniel adalah batu pijakan yang membuatnya menjadi wakil raja Darius. Dapur api bagi Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjadi batu tonjolan yang membuat mereka justru dipromosikan Tuhan di hadapan raja Nebukadnezar. Badai dalam hidup Ayub menjadi batu tonjolan untuk menguji kualitas iman Ayub dan membuat Allah mengembalikan dua kali lipat dari apa yang pernah hilang dari hidup Ayub. Batu tonjolan seperti apa yang dapat Anda jadikan sebagai batu pijakan?

Penderitaan adalah batu tonjolan yang menjadi tempat pijakan untuk menuju puncak.

Kamis, 24 November 2011

Panggilan Atau Merasa Terpanggil Saja?

Kebanyakan dari kita terkadang tidak mengerti apakah yang sudah kita lakukan untuk Tuhan itu merupakan panggilan dalam hidup kita ataukah hanya merasa terpanggil saja.

Dalam hidup kita, seringkali kita tidak menyadari hal-hal seperti itu sehingga dengan mudah kita mengklaim bahwa yang kita lakukan itu sudah merupakan panggilan.

Merasa terpanggil, tentu mempunyai sisi positif yaitu melakukan tugas kita sepenuh hati, tapi hal itu hanya dapat bertahan sementara. Sisi negatifnya adalah hal tersebut berasal dari keinginan kita yang terselubung, atau dari rasa takut, atau dari rasa bingung, atau bahkan berasal dari rasa ingin bersaing.

Lalu bagaimana cara membedakannya? Panggilan membuat kita mendapatkan kedamaian yang dashyat saat melakukannya dan membuat jiwa kita beristirahat. Mungkin ketika Piter dipanggil, dia belum merasakan itu panggilannya. Yesus bertanya sampai tiga kali padanya, “Apakah engkau mencintai-Ku?” Itulah motivasi utama kita dalam melayani Yesus, karena mencintai-Nya. Setelah itu, ketika dihadapkan dengan cobaan berat, Piter malah dengan berani memberitakan tentang Yesus sampai rela mati sama seperti Gurunya mati.

Yudas tentu saja hanya merasa dipanggil saja. Alkitab mengatakan dia kecewa dengan wanita yang menuangkan minyak yang mahal untuk Yesus di Yoh 12:6 padahal memang kita harusnya seperti itu terhadap Yesus. Memberikan yang terbaik dari diri kita. Dampaknya sungguh bertolak belakang ketika kita memang melakukan panggilan itu atau hanya terpanggil saja. Yudas akhirnya gantung diri dan tidak menikmati uang yang dia dapatkan. Sebaliknya, Piter ataupun murid-murid Yesus lainnya menyelamatkan ribuan jiwa.

Akibat yang kita rasakan mungkin tidak sedramatis itu. Namun, tetap ada dampaknya.

Ketika itu panggilan kita, maka dengan berani kita katakan, “Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus.” (Fil 3:8) Kata-kata seperti ini akan ada di dalam hati kita bila memang kita mengerjakan panggilan yang sudah Yesus berikan di dalam hati kita, panggilan apapun itu.

Kekuatan dan Kelemahan

Alkisah, di sebuah kota kecil di Jepang, terdapat seorang anak yang lengan kirinya buntung, tetapi ia sangat menyukai beladiri judo, dan sudah mengikuti latihan di sebuah dojo.

Selama berlatih, sang guru hanya mengajarkan satu jurus saja. Walaupun jurus itu termasuk sukar untuk dikuasai, anak ini merasa tak puas, karena ia melihat murid-murid lainnya mempelajari bermacam-macam teknik. Akhirnya setelah 6 bulan, ia tak kuasa lagi menahan kesabarannya.

Lantas ia menemui sang guru; "Sensei, bolehkah aku bertanya? Mengapa selama 6 bulan ini aku hanya berlatih jurus ini saja".

Gurunya hanya menjawab singkat "Karena engkau murid yang istimewa dan hanya jurus ini yang engkau perlukan"

Ia tak berani lagi bertanya dan memilih untuk berlatih dengan tekun. Semakin lama jurus itu semakin dikuasainya dan mendarah daging dalam dirinya. Tak ada seorangpun yang semahir dia dalam menggunakan jurus tersebut.

Setahun kemudian, sang guru menyertakan dirinya dalam kejuaran nasional di ibukota. Walaupun merasa pesimis dan minder, ia menuruti permintaan sang guru dan mereka berangkat ke ibukota.

Kejuaraan dimulai. Di luar dugaannya, dengan mudah ia bisa menjatuhkan dan mengunci lawan-lawannya. Babak demi babak ia lalui, sampai akhirnya ia harus menghadapi juara tahun lalu di babak Final. Walau memakan waktu cukup lama dan menguras tenaganya, lagi-lagi ia berhasil memenangkan pertandingan.
Dalam perjalanan pulang, sembari membahas dan mengevaluasi pertarungannya, sang anak melakukan Hansei (perenungan) bertanya kembali.

"Sensei, saya heran, mengapa hanya bermodal satu jurus ini saja saya bisa memenangi pertandingan. Saya masih belum mengerti ucapan Sensei dulu, apa istimewanya saya dan mengapa hanya satu jurus ini?"
Sang Sensei (Guru) tersenyum dan berkata;

"Muridku, Cara bertarung setiap orang adalah unik, tergantung dari kekuatan dan kelemahannya. Praktisi beladiri perlu mempelajari berbagai teknik dan jurus sampai akhirnya ia menemukan kekuatan dan kelemahannya dan akhirnya memilih teknik dan jurus yang sesuai, yaitu teknik-teknik yang memanfaatkan kekuatanya dan menutupi kekurangan atau bahkan mengubahnya sebagai kekuatan".

"Engkau istimewa, karena kekuranganmu sudah jelas. Sehingga tak perlu engkau menghabiskan waktu mempelajari berbagai jurus dan teknik yang sudah pasti tidak engkau perlukan. Dan jurus itu paling cocok bagimu, karena selain jurus tersebut salah satu jurus tersulit dalam Judo, satu-satunya cara untuk menghadapinya adalah dengan mengunci lengan kirimu".

Kadang orang mengira bahwa kekurangannya merupakan hukuman, kutukan dan menyesalinya. Padahal, di dunia ini banyak sekali terdapat kemungkinan dan tak mungkin semuanya diraih. Orang-orang yg memahami kekurangannya seharusnya bisa menyadari hal-hal yang mustahil ia lakukan dan tak membuang waktu percuma untuk mengejarnya.

Dan orang-orang yang juara adalah orang-orang yang menggunakan semaksimal kekuatannya dan juga berhasil menggunakan kelemahannya juga sebagai kekuatan.

Sumber : renungan harian kita

57 Sen Yang Berharga

Seorang gadis kecil berdiri terisak di pintu gereja kecil, ia baru saja ditolak masuk ke gereja tersebut karena "sudah terlalu penuh". Seorang pastor lewat di dekatnya dan menanyakan kenapa si gadis kecil menangis. "Saya tidak dapat ke sekolah minggu." kata si gadis kecil. Melihat penampilan gadis kecil yang kotor dan tidak terurus, sang pastor mengerti sebab penolakan si gadis kecil untuk ke sekolah minggu. Segera dituntunnya gadis kecil itu ke ruang sekolah minggu di gereja dan dicarikannya tempat duduk yang masih kosong.
Sang gadis kecil begitu tergugah perasaannya, sebelum tidur ia selalu memikirkan anak miskin lainnya yang senasib dengannya, yang seolah tidak mempunyai tempat untuk memuliakan Tuhan Yesus. Sejak saat itu, gadis kecil itu berkawan dengan sang pastor. Dua tahun kemudian, si gadis kecil meninggal di tempat tinggalnya di daerah kumuh. Orang tuanya meminta bantuan sang pastor yang baik hati untuk prosesi pemakaman yang sangat sederhana.
Saat pemakaman selesai dan kamar tidur si gadis kecil dirapikan, orangtuanya menemukan sebuah dompet lusuh, kumal dan sobek-sobek. Dompet tersebut kemungkinan adalah dompet yang ditemukan oleh si gadis kecil di tempat sampah.
Dalam dompet lusuh tersebut, ditemukan uang sejumlah 57 sen dan secarik kertas bertuliskan tangan yang ditulis oleh gadis kecil itu, isinya "Uang ini untuk membantu pembangunan gereja kecil agar gereja tersebut dapat diperbesar sehingga lebih banyak anak-anak bisa datang ke Sekolah Minggu." Selama 2 tahun, sejak ia tidak dapat masuk ke gereja itu, si gadis kecil menabungkan uangnya sampai sejumlah 57 sen untuk suatu maksud yang sangat mulia.
Ketika sang pastor membaca catatan kecil ini, matanya sembab dan ia sadar apa yang harus diperbuatnya. Dengan berbekal dompet tua dan catatan kecil itu, sang pastor berusaha memotivasi para pengurus dan jemaat gerejanya untuk meneruskan maksud mulia si gadis kecil untuk memperbesar bangunan gereja.
Meskipun kita telah menjadi Kristen yang begitu taat, seringkali kita masih melihat penampilan seseorang dan menolak kehadiran orang tersebut karena penampilannya yang amburadul.
Dalam Alkitab dikatakan, “Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu, dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para bangsawan, dan membuat dia memiliki kursi kehormatan. Sebab Tuhan mempunyai alas bumi; dan di atasnya Ia menaruh daratan.” (1 Sam 2:7)
Sumber : generasi minyak anggur/lh3

Pria Kaya dan Harta Warisannya

Pada suatu kali, hiduplah seorang pria yang memiliki banyak harta di seluruh Amerika Utara. Kekayaannya tak ternilai jumlahnya. Ia memiliki rumah seharga jutaan dolar, tanah, barang antik dan bahkan ternak. Tapi meskipun di luar ia memiliki semua, di dalam dirinya ia merasakan kesedihan. Istrinya sudah tua, dan mereka tetap tak punya anak. Padahal ia selalu menginginkan anak kecil agar ada yang dapat melanjutkan warisan keluarga.
Ajaibnya, di saat sudah putus asa, setahun kemudian istrinya hamil, dan berhasil melahirkan seorang anak kecil. Anak itu cacat, tapi pria tersebut mencintainya dengan segenap hatinya. Ketika anak tersebut berusia lima tahun, ibunya meninggal. Sang ayah pun semakin dekat dengan anak istimewanya itu. Saat berusia 13, buah hati yang dilahirkan dengan fisik terbatas itu menghembus nafas terakhir, dan tidak lama kemudian sang ayah pun ikut meninggal.
Oleh karena harta yang dimiliki keluarga pria ini sangat banyak maka pihak pengacara keluarga yang diberikan otoritas untuk melakukan pelelangan, pun melakukan tugasnya. Ratusan penawar datang pada acara itu. Item pertama yang ditawarkan pun keluar oleh pihak pelelang yakni sebuah lukisan yang dibuat sendiri oleh anak yang istimewa di keluarga itu ketika ia masih hidup. Namun hingga setengah jam berlalu, tidak ada satu pun tawaran.
Tiba-tiba seorang pembantu rumah tangga yang bekerja di keluarga pria itu mengangkat tangan dan menawarkan 5 dollar Amerika Serikat untuk lukisan yang sebenarnya kurang bagus tersebut. Sebelum mengetok palu tanda bahwa proses penawaran telah ditutup, juru lelang merobek bagian belakang gambar dan mengambil sebuah surat yang ada di dalamnya. Semuanya terdiam ketika juru lelang membacakan isinya.
"Untuk orang yang berpikir bahwa membeli lukisan anak saya ini adalah cukup bagi dirinya maka untuk orang inilah saya memberikan seluruh kekayaan saya"
Sesaat kemudian, juru lelang memukulkan palu sebagai acara lelang telah berakhir. Kerumunan orang yang telah datang dari pagi itu pun pulang dengan kecewa karena mereka tidak bisa memiliki harta pria jutawan tersebut.
Banyak dari kita yang datang kepada Bapa untuk memperoleh berkat-berkatNya, tetapi sedikit dari kita yang mengetahui rahasia sebenarnya bagaimana kita bisa mendapatkan itu.
Bergaul lah karib dengan Tuhan Yesus maka kekayaan sejati yang dimiliki Bapa akan Anda terima di dalam kehidupan Anda waktu demi waktu.
Sumber : christianstories/bm

Pendaki Sejati

Mari, kita naik ke gunung Tuhan ... dan supaya kita belajar menempuhnya.- Yesaya 2:3

Tak semua orang yang mendaki gunung disebut pendaki sejati. De Chardin, seorang motivator ternama, punya cerita tentang tiga kelompok orang yang mendaki gunung. Kelompok pertama memulai petualangannya dengan semangat yang luar biasa. Namun sayang, di tengah perjalanan mereka mulai menggerutu karena lelah dan hawa dingin yang begitu menusuk. Tak lama kemudian mereka memutuskan untuk kembali dan pulang karena merasa pendakian itu terlalu berat. Kelompok kedua berhasil naik lebih tinggi dari kelompok yang pertama. Mereka sangat senang dengan pemandangan yang dapat mereka nikmati, itu sebabnya mereka memutuskan untuk berhenti di tempat itu saja. Buat apa mendaki lebih tinggi kalau di tempat itu mereka sudah melihat pemandangan yang cukup bagus?
Kelompok ketiga adalah adventurir sejati! Meski letih, mereka terus melanjutkan perjalanan sampai ke puncak. Di tengah perjalanan, mereka sebenarnya sudah menemukan pemandangan yang cukup indah. Keletihan yang mereka rasa sebenarnya menggoda mereka untuk berhenti di situ, namun mentalitas mereka sebagai pendaki sejati mengatakan bahwa tujuan mereka bukanlah tempat itu, tujuan mereka adalah sampai di puncak!
Beberapa orang Kristen punya mentalitas seperti pendaki yang pertama. Awal mula mengikut Yesus mereka sangat bersukacita dan punya semangat yang luar biasa, namun di saat kesulitan dan tekanan hidup mulai datang begitu mudahnya kita meninggalkan Tuhan dan kembali ke hidup lama kita. Kelompok orang Kristen yang kedua merasa sudah cukup baik, cukup suci dan cukup rohani, jadi mereka memutuskan untuk berhenti di area mediokritas itu tanpa menyadari bahwa sebenarnya mereka bisa lebih maksimal di dalam Tuhan. Kalau kita sudah puas dengan sesuatu yang baik maka kita tidak akan pernah melihat yang terbaik!
Kelompok ketiga adalah orang Kristen sejati! Jalan yang harus mereka daki bukanlah jalan yang mudah. Penderitaan, masalah dan tekanan hidup mencoba menghentikan langkah mereka. Tempat-tempat yang menyenangkan juga mencoba menahan mereka untuk berhenti di situ. Namun orang Kristen sejati tak akan pernah berhenti sebelum mencapai puncak dan mencapai yang terbaik! Seperti apakah tipe kekristenan kita?
Seorang juara adalah mereka yang tidak dapat dihentikan oleh kemenangan maupun kekalahan.

Anda Mau Mencari Untung Dari Penyembahan?

Sangat umum bagi jemaat yang datang ke gereja berpikir bahwa pelayanan di gereja adalah tentang mereka – membawa orang diselamatkan, belajar kebenaran firman Tuhan, mendapatkan inspirasi untuk bertahan selama satu minggu lagi, mendapatkan pengampunan dosa, memberikan persembahan untuk mendukung pelayanan.
Apakah ada yang salah dengan semua itu? Tentu saja tidak. Tapi jika kita ke gereja untuk melakukan semua itu, kita bisa melakukannya. Tapi kita bukan melakukan penyembahan. Warren Wierbe berkata, “Jika Anda menyembah karena upah, hal itu tidak akan sepadan.”
1. Penyembahan, pemuridan, memberi dan berdoa, bagian dari penyembahan
Para murid menyembah pada waktu hari Pantekosta ketika mereka di baptis Roh Kudus mereka dibawa ke jalan untuk bersaksi (Kisah Rasul 2). Yesaya di Bait Allah menyembah ketika Tuhan menyatakan diri-Nya dan mengampuni dosanya dan memanggil Yesaya untuk menjadi nabi bagi umat Israel (Yesaya 6).
2. Sembah dan tinggikan Tuhan dengan cara yang Alkitab katakan
Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, bawalah persembahan dan masuklah menghadap Dia! Sujudlah menyembah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan. ( 1 Tawarikh 16:29). Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran. (Yohanes 4:24)
Artinya kita harus menyembah Tuhan dengan totalitas, bukan hanya dengan bibir kita tapi dengan tubuh, jiwa, dan roh. Kita bisa mengklaim sesuatu sebagai ibadah, namun penilaian di lakukan oleh Tuhan, dan Dia tidak senang hanya penampilan luar atau sekedar ritual saja, Tuhan ingin totalitas kita.
3. Kitalah yang menentukan apakah kita akan menyembah ketika memasuki Rumah Tuhan atau tidak
Jangan salahkan pendeta jika Anda tidak menyembah. Dia tidak bisa melakukannya untuk Anda. Tidak ada yang bisa menggantikan saya makan agar saya bisa merasa kenyang, demikian juga tidak ada yang bisa menggantikan kita menyembah Tuhan.
Tidak ada seorang pun yang bisa mendikte kita apakah kita harus menyembah atau tidak, itu adalah keputusan pribadi Anda. Anda bertanggung jawab secara pribadi atas penyembahan Anda kepada Tuhan.
Yesus berkata kepada Martha saudarinya, “Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” (Lukas 10:42). Waktu yang kita khususkan untuk Tuhan, adalah sesuatu yang abadi yang tidak bisa diambil dari kehidupan kita.
4. Penyembahan adalah kata kerja
Penyembahan adalah sesuatu yang kita lakukan, bukan sesuatu yang orang lain lakukan untuk kita. Bahkan dalam kondisi yang sangat buruk, Paulus dan Silas masih bisa menyembah, mereka menyembah ketika di penjara dan dibelenggu (Kisah Rasul 16:25).
Penyembahan bukanlah agar kita merasa enak, namun untuk menyenangkan Tuhan. Mari rendahkan hati kita di hadapan Tuhan dan datanglah kepada-Nya dengan membawa persembahan syukur kita.

Makanan Terpenting Dalam Hidup

Ernest Campbell, seorang mantan dosen dari Union Theological Seminary di New York menceritakan kisah seorang wanita yang membeli seekor burung kakak tua di toko hewan peliharaan setempat karena merasa kesepian. Tetapi setelah beberapa hari , ia kembali ke toko itu dan mengeluh, "Burung kakak tua ini belum berkata-kata sepatah katapun!"
"Apakah burung itu punya sebuah cermin?" Tanya si pemilik toko. "Burung kakak tua suka melihat diri mereka sendiri di cermin." Akhirnya wanita itu membeli sebuah cermin dan kembali pulang.
Esok harinya, ia kembali ke toko karena burung itu masih belum bersuara.
"Bagaimana dengan sebuah tangga?" Tanya si pemilik toko. "Burung kakak tua senang naik turun tangga." Lalu wanita itu membelikan sebuah tangga untuk si burung kakak tua. Tetapi burung itu masih saja diam seribu bahasa.
Untuk kesekian kalinya wanita ini mendatangi toko hewan itu. Kembali si pemilik toko memberikan sebuah saran, "Apakah burung itu memiliki sebuah ayunan?" Tanya pemilik toko. Burung suka bersantai di ayunan." Si wanita itu membelikannya sebuah ayunan.
Keesokan harinya ia kembali ke toko tersebut untuk memberi tahu pemilik toko bahwa kakak tuanya sudah mati. "Saya sangat prihatin mendengar kabar itu," kata pemilik toko. "Apakah burung itu pernah mengatakan sesuatu sebelum ia mati?"
"Ya," jawab wanita itu. "Burung itu berkata,'Tidakkah mereka menjual makanan di sana?'"
Pelajaran dari kisah tersebut, kata Champbell, adalah bahwa mungkin kita membeli cermin untuk berdandan, tangga untuk dapat naik lebih tinggi, dan ayunan di mana kita bisa mencari kesenangan, tetapi seringkali kita mengabaikan untuk memberi makan jiwa dan roh kita.
Untuk bertumbuh dan berkembang, berilah makan jiwa dan roh Anda, bukan hanya tubuh Anda.
Allah ingin anak-anak-Nya bertumbuh menjadi serupa dengan Kristus (Roma 8:29), untuk itu kita harus memperbaharui pikiran kita setiap hari dengan kebenaran firman Tuhan(Roma 12:2).
Inilah makanan yang sehat bagi jiwa dan roh kita, firman Tuhan.
Banyak orang menghabiskan berjam-jam di depan tv, dan memberi makan jiwa dan roh mereka dengan berbagai hal yang sia-sia. Itu adalah junk food bagi jiwa dan roh Anda.
Ganti menu harian Anda, gunakan waktu-waktu di mana Anda duduk di depan tv dengan merenungkan kebenaran firman Tuhan (Yosua 1:8).

Memuaskan Jiwa yang Lapar

P
ernahkah Anda merasa mengidam-idamkan sesuatu? Anda mencari sesuatu yang bisa memuaskan keinginan Anda. Misalnya saja, Anda saat ini ingin sekali makan snack, sedangkan snack itu belum ada di rumah. Atau misalnya Anda mengidamkan kue bolu yang manis dan lembut itu, tapi harus beli dimana? Rasa ingin yang seperti itu seringkali tidak mau pergi sampai Anda makan apa yang Anda inginkan saat itu. Hal ini juga mengingatkan kita akan rasa lapar untuk dipuaskan dalam hal lain, yaitu pemuasan jiwa.
Dalam Ibrani 11:6 dikatakan, “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.” Sungguh-sungguh mencari Dia adalah sama artinya dengan mencari kepuasan di dalam-Nya. Ada saat dimana kita akan mencari lebih dari apa yang ditawarkan dunia. Bisa jadi kita sudah mendapatkan pekerjaan yang kita sukai, pasangan, teman-teman, dan pelayanan. Tapi, masih ada sesuatu yang di dalam kita mencari sesuatu.
Sayangnya, ketika sedang melakukan pencarian, kita mencari hal-hal lain di luar Tuhan sebelum kita menyadari bahwa pemenuhan itu hanya bisa dilakukan oleh Tuhan di dalam diri kita. Karena itu, ketika ‘rasa lapar’ itu menyerang Anda, cobalah untuk menghabiskan waktu bersama Juru Selamat Anda. Biarlah jiwa Anda diberi ‘makan’ oleh-Nya. Pertanyaanya, apakah Anda sering merasa ‘lapar’ akan Yesus seperti rasa lapar Anda akan benda-benda lain? Karena percayalah, rasa lapar akan Yesus satu-satunya hal yang dapat memuaskan Anda, khususnya jiwa Anda. Dalam situasi apapun kehidupan kita sekarang, Tuhan sudah siapkan kehidupan yang berkelimpahan yang dijanjikan-Nya melalui Alkitab sampai akhirnya kita bisa menjangkau-Nya. Carilah Dia sekarang juga.